Thursday, April 3, 2014

Menghentikan Mimpi, Mungkinkah?

Pernah bermimpi? Bisa dipastikan jawabannya adalah "Ya" bukan? Mimpi menurut Wikipedia adalah "Successions of imagesideasemotions, and sensations that occur subconsciously in the mind during certain stages of sleep.[1] The content and purpose of dreams are not definitively understood, though they have been a topic of scientific speculation and a subject of philosophical and religious interest throughout recorded history. Atau kira-kira seperti ini "Kilasan gambaran, ide-pemikiran, emosi-perasaan dan sensasi yang muncul secara tidak disadari dalam pikiran selama waktu tertentu dalam tidur. Isi dan tujuan sebuah mimpi tidak dapat secara jelas dimengerti, meskipun sepanjang sejarah telah menjadi topik spekulasi keilmuan dan subyek dari 
filosofi dan kepercayaan. Jika ditarik kesimpulan, mimpi adalah sesuatu yang tidak nyata yang kita alami saat kita sedang tidur. Namun, jika dipahami dari terjemahan yang lebih bebas (setidaknya versi saya), mimpi adalah sesuatu yang ingin diraih oleh seseorang atau singkatnya mimpi ini adalah cita-cita. Semua orang tentunya sama, punya cita-cita atau mimpi, tak terkecuali saya. Pembedanya hanyalah apakah mimpi itu tercapai atau tidak. 

Sampai saat ini saya masih bingung sebenarnya cita-cita saya apa. Selalu berubah-ubah sesuai dengan khasanah sosial keilmuan yang saya gauli saat itu (*pletaakkk*). Waktu kecil sekitar umur 10 - 14 tahunan (akhir SD sampai awal SMP) saya puengeeenn buanget jadi jurnalis sebagaimana ayah saya. Tak terhitung banyaknya kecerobohan yang saya lakukan di jalan raya karena mengayuh sepeda sambil meliuk-liuk di antara becak, sepeda dan kendaraan-kendaraan lain sambil membayangkan bahwa diri saya adalah seorang jurnalis cantik yang penuh energi dan mampu menembus tantangan. Sekian tahun berselang ketika saya benar-benar masuk ke dunia jurnalistik dan mencicipi sedikit kelezatan tantangan di dalamnya, toh pada akhirnya saya memilih meninggalkan dunia itu juga. Suatu saat mungkin saya kembali, tapi perlu alasan yang cukup kuat untuk itu sepertinya.

Akhir SMP lagi getol ikutan drumband trus jelaslah, pengen jadi photo model dan stockmajor aliar mayorette yang mimpin drumband itu lhoo... Jalan lenggak-lenggok pake sepatu boot selutut, rok ekstra pendek dan makeup full di salon. Tapi pasti impian ini nggak terwujud dong. Meskipun badan saya cukup tinggi, tapi sadar diri aja lah kalo muka saya gak cantik dan jadi mayorette itu syaratnya harus cantik (menurut guru saya syarat jadi mayorette dan pasukan penari adalah cantik dan berkulit putih). Pernah maksa ortu buat tandatangan form persetujuan untuk ikut lomba covergirl di sebuah majalah dan membayar biaya foto di studio. Gak tanggung-tanggung saya mencoba sampai 2 kali. Jangankan jadi finalis, lha masuk semi final aja nggak jehh. Kayanya emang musti sadar kalau saya harus mengaktualisasikan potensi saya yang lain selain kecantikan. hahahahhaah....   

SMA, pengen jadi aktris karna sedang terobsesi ekskul teater. Pada kenyataannya, setelah terpilih menjadi pemeran utama dalam suatu drama, mas-mas yang ngajar teater memutuskan untuk menggantikan saya dengan seorang teman yang dianggap lebih berkompeten (dengan kata lain, akting saya mengecewakan mereka). Saya cuma dapat peran kecil sebagai seorang mantri. Guess what?? The spotlight goes to..... ya temen saya yang pemeran utama itu lah!! Hahahahahha..... Matter of fact, saya tidak kecewa karena tenyata dalam peran saya yang kecil itu, si mas pelatih saya menyatakan bahwa saya main sangat bagus di luar ekspektasinya dan menyesalkan  kenapa saya tidak sebagus itu saat masa produksi dan akhirnya terpaksa diganti. Well, mungkin si mas hanya tidak sabar saja karena saya memang orangnya lenjeh manja dan took time to go deep into the character. Again, saya juga sempat tampil baca puisi yang again menuai pujian. Pas kelas 3 SMA, saya sering 'dibawa' guru ikutan kunjungan ke sekolah lain dan baca puisi di sana. Bahkan di awal kuliah tahun 2002 sampai jadi juara 1 lomba baca puisi se Jogja gitu dueh.... Berasa jadi Dian Sastro gitchuuuu.  Pialanya lombanya ancur pas Gempa Jogja tahun 2006, sedangkan piagamnya nggak dikasih sama panitianya sampai saya lulus kuliah, piagam saya kembalikan karena gak ada tulisan Juara I nya (tuuhhh kan... saya memang lenjeh :D). Lesson learnt : I have my own spotlight though, digantikan atau tidak oleh si mas pelatih teater, saya tetap punya bakat dan 'brightness' saya sendiri.

Masih di masa kuliah, saya mulai punya mimpi-mimpi lain yang ingin saya wujudkan. Sebagian terwujud dan lebih buanyak lagi yang tidak. Saya ingin bekerja sebagai seorang diplomat yang akhirnya membawa saya naik kereta ekonomi Jogja - Jakarta untuk ikutan tes CPNS Deplu sampai tahap 2, hasilnya gak lulus *kecut*. Saya pengen jadi wanita karier yang sukses, menikah dengan pria super sukses, punya banyak kekayaan dan berpendidikan baik. Saya pengen lanjut S2 di luar negeri, memegang posisi penting di kantor. Punya anak-anak yang cerdas dan cakep-cakep. Sekarang cek pencapaian :
Karier : Saya bekerja di sebuah perusahaan asing. Karier saya sukses atau tidak?? relatif lah itu.
Menikah : Pria yang saya nikahi sangat baik, sabar dan mau memahami saya. Masih sedang dalam tahap mengusahakan kondisi super sukses yang dicita-citakan, termasuk kekayaan dan pendidikan yang baik.
Anak : Alhamdulillah atas rahmat NYA saya punya satu orang anak sekarang usianya 2 tahun yang sehat, cukup cerdas, agak galak dan lumayan cantik. Semoga dia akan menjdi anak yang mulia kehiduman dunia dan akhiratnya. Amin.
S2 di luar negeri : entahlah. Saat ini yang tersisa hanya rasa iri melihat teman-teman yang bisa sekolah di luar negeri. Usaha saya kurang kuat kali ya....

Ada rasa menyesal jika saya menengok ke belakang, ke masa lalu saya yang sya nilai sangat tidak poduktif. Sungguh benar sekali bahwa kita sekarang adalah hasil dari kita kemarin dan kita esok adalah hasil dari kita hari ini. 

Sekarang, mimpi saya tentang kehidupan adalah saya sangat ingin membahagiakan semua orang yang ada di sekitar saya, mengaktualisasikan seluruh potensi yang tersisa di diri saya. Misalnya, pengen punya coffee & pastry house, pengen punya buanyak uang untuk liburan ke luar negeri, pengen punya segalanya yang belum dimiliki sekarang. Apakah mungkin saya mampu menghentikan mimpi-mimpi saya? Mungkin saja, dan itu sangat mudah. Tapi, saya memilih untuk tidak berhenti, saya akan terus bermimpi dan berusaha mewujudkannya. What about You??