Monday, December 7, 2015

Skotel Potong (Slice Mac & Cheese) versi Ekonomis.

Sayang sekali yang satu ini belum ada fotonya. Namun, tidak mengurangi tekad untuk berbagi dan sekaligus dokumentasi resep, maka post ini saya tulis di blog yang sudah penuh sarang laba-laba ini (saking jarangnya dibuka).
Skotel Potong Siap Dijadikan Pengisi Snack Box

Setiap orderan snack box datang dalam jumlah hari yang lebih dari 2 hari berturut-turut dalam satu order, saya hampir selalu bingung menyiapkan snack asin nya. Mungkin ini kebingungan pemula saja ya. Dengan segala keterbatasan saya, saat ini saya coba berbagi, siapa tahu bisa membantu sesama pemula di luar sana terutama untuk ide snack asin. Dibanding Macaroni Schotel harganya yang ekonomis, membuatnya praktis dan jadinya lumayan banyak membuat snack ini cocok untuk jadi dagangan bakul kue. Resep saya tanpa kaldu instan atau tambahan MSG apapun ya... Silakan saja jika anda memilih menggunakannya.

Skotel Potong (Mac & Cheese) versi Ekonomis

Resep : Afifah

Bahan-bahan
400 gr makaroni elbow
Air secukupnya untuk merebus makaroni
Minyak goreng

4 sdm margarin
7 siung bawang merah iris (boleh diganti atau ditambahkan dengan bawang bombay cincang 1 buah)
150 gr daging ayam potong dadu kecil
250 gr wortel potong dadu kecil
3 btg sosis sapi potong dadu kecil
108 gr susu bubuk
1 lt air (Jika menggunakan susu cair mis. Ultra, skip penggunaan susu bubuk. Sisihkan sebagian untuk melarutkan tepung terigu).
200 gr tepung terigu
100 gr keju parut (parut, sisihkan 25 gr)
4 btr telur
Garam
Gula Pasir
Pala bubuk (pala diparut)
Lada putih bubuk

Cara Membuat
  • Rebus makaroni hingga matang namun jangan terlalu lunak. Tiriskan, beri sedikit minyak goreng agar tidak lengket. Siapkan loyang uk 25*30*4 cm, lapisi dengan kertas roti & oles margarin.
  • Dalam wajan atau panci, lelehkan margarin, masukkan bawang iris, tumis hingga layu dan harum. Masukkan daging ayam dan wortel, tumis sampai ayam berubah warna.
  • Masukkan susu bubuk dan sebagian air, masak sampai wortel setengah matang. Tambahkan sisa air, 25 gr keju parut dan larutan terigu, bumbui dengan garam, gula, lada dan pala. Masukkan makaroni rebus, aduk rata, matikan api.
  • Masukkan telur, aduk rata, tuang ke dalam loyang, ratakan dan taburi sisa keju parut. Panaskan oven 180 derajat. Panggang sampai matang sekitar 30 - 45 menit tergantung ovennya. Bisa lakukan tes tusuk, tusuk sate yang digunakan tetap akan ada adonan yang menempel, cicipi, jika sudah kalis saat disentuh dan tidak terasa amis lagi maka skotel sudah matang.
  • Tunggu hangat, balikkan di atas loyang, biarkan dingin lalu potong-potong. Jika terlalu panas maka skotel akan ambyar saat dipotong. Hidangkan dg sambal botol/siap diisikan ke box untuk snack. Satu resep bisa dipotong menjadi 35 sampai 40 potong sesuai selera.
==> Update : Makaroni dapat diganti dengan Mi kriting atau Bihun. Jika dibalur dengan tepung panir dan digoreng juga sedap.

Tuesday, September 1, 2015

One That We (I) Can't Live Without

Belakangan marak tulisan yang beredar khususnya tentang gaya hidup yang menyerukan berbagai hal. Mulai dari himbauan anti rokok, anti junk food, anti hutang bahkan sampai anti miskin. Anti-anti yang lain termasuk anti nonton TV yang konon dikatakan oleh banyak 'ahli' sebagai perusak generasi nomor satu.

Banyak di antara anti-anti itu yang telah berhasil saya praktekkan, atau saat ini sedang saya usahakan untuk terwujud. Namun satu hal yang sepertinya saya tak mampu meninggalkannya yaitu the all mighty INTERNET. Hayoooo pada ngaku, siapa yang mampu lawan internet? Bisakah hidup kita jauh dari internet dan segala hal yang berkaitan dengannya?

Internet atau interconnection networking bahasa Indonesianya kurang lebih jaringan antar koneksi atau antar hubungan. Jaringan komputer  yang saling terhubung inilah yang kita kenal sebagai internet. Silakan browsing link-link tersebut ya.

Sebenarnya saya bukan ingin membahas internet, alih-alih saya hanya ingin berbagi apa-apa saya yang selalu saya lakukan selama ini di jaringan maha sakti ini. Saya mengenalnya sejak masih belia, akrabnya saya dengan MTV dan saluran televisi luar sejenis yang saat itu ditangkap lewat parabola yang dipasang oleh bapak di rumah. Internet yang saat itu masih diakses dengan dial up saya kenal bersamaan dengan telex dan fax yang biasa dipergunakan untuk mengirim berita (bapak saya jurnalis, menggunakan fasilitas tersebut untuk mengirim berita). VSat adalah istilah canggih selanjutnya yang saya kenal setelah magang di sebuah kantor berita pada akhir masa kuliah saya - sama juga, dipergunakan untuk mengirim berita real time. Setelah bekerja di sebuah perusahaan tambang di pinggiran Kalimantan Selatan, VSat ini dipergunakan untuk sambungan telepon, intranet dan lagi-lagi internet.

Sepanjang saya hidup, setelah kuliah saya mulai dekat dan akhirnya bersahabat dengan salah seorang teman sekelas saya. Dialah yang awalnya membawa MIRC ke dalam hidup saya. Fasilitas ngobrol atau chat room yang satu ini rada jadul, dengan tampilan layar hitam pekat dan tulisan yang bisa diganti-ganti warnanya. Dari situ saya dapat banyak teman, meskipun tidak ada yang sampai bertahan lama. Masih tentang chatting, ada YM atau Yahoo Messenger yang ini masih  saya gunakan sampai sekarang.

Saya sempat pula bekerja sebagai content contributor dan editor untuk sebuah web komunitas. band1t.com namanya. Saat saya masih bergabung di dalamnya, web ini sempat booming di Jogja, dan menjadi komunitas online yang cukup dikenal bahkan bekerjasama dengan sebuah radio. Slot siaran mingguan ini biasa menghadirkan tamu band lokal, music chart, highlight liputan yang tayang di webnya dan sebagainya. Bergabungnya saya dengan web ini membuat saya masuk ke dunia lain, dunia kreatif dan hiburan di Jogja. Iyalah, wong yang punya konon Mas Sabrang Letto. Sekarang band1t sepertinya sudah tidak ada lagi, kecuali web lain yang masih dalam satu keluarga yaitu www.padhangmbulan.com maupun www.caknun.com. Sungguh suatu kehormatan bisa mengenal dan menjadi bagian kecil dari komunitas sebesar itu.

Ini dia profil Cookpad saya

Kembali ke dunia nyata, hari ini saya menggunakan internet mostly untuk mencari inspirasi (baca : nyontek resep masakan & kue orang *tutupmukapakewajan). Selain itu juga untuk nyampah di blog berbagi inspirasi. Diantaranya saya bergabung dengan beberapa medsos, karena sekarang suka masak dan bikin kue, ya medsos cooking lah ya yang disatronin. Disamping itu, saya juga join milis bakul kue alias culinary entrepreneur paling hot se Indonesia yaitu NCC alias Natural Cooking Club.
Kering Kentang Yang Termasyur

Selain di dua tempat itu, saya juga punya lapak di tokopedia. Mari-mari pada belanja di lapak saya.... >_<

Awal saya buka lapak di sana sempat shock, karena saat say browsing ternyata salah satu foto hasil karya saya mejeng di lapak orang lain alias dipinjam tanpa ijin. Jujur sampai saat ini saya masih tidak memahami perasaan saya yang terdalam, jjiiaaahh!!! Apakah saya harus sedih dan marah karena penggunaan tanpa ijin ini ataukah saya harus hepi karena foto asal saya yang super plain itu ditaksir dan ditempel di lapak orang lain. Sempat saya share ini ke milis NCC, dan satu respon yang diberikan oleh seorang anggota, yang juga menyuarakan pikiran saya, bahwa semakin plain (sederhana) fotonya, maka semakin tampak homemade lah produk itu. Hahahahahha. Pelajarannya, jangan malas kasih watermark ya!!!

Not to mention blog ini, dapurnaila.blogspot.com yang meski nampak sepi dari komen dan kunjungan tapi ternyata telah berhasil membuat saya punya pelanggan dari beberapa propinsi di luar Kalsel. Semoga nanti blog ini semakin guyub  dan pelanggan saya semakin banyak. Amiiiinnn.... 
 
Dalam perjalanan saya, banyak juga ternyata pengguna internet yang berbagi hal baik (jauuh lebih baik daripada yang saya bagi). Sering saya berkunjung ke blog milik Mbak Endang yang solusi krimcis homemadenya menyelamatkan hidup saya.-semoga menjadi jariyah. Mbak Endang menuangkan di tulisan dan karya yang menurut saya ramah sekali bagi yang tidak pintar memasak seperti saya. Kecerdasan beliau menyajikan tulisan dan step yang rinci membuat resep yang ribet sekalipun jadi terkesan mudah untuk diwujudkan. Satu lagi, beliau juga interaktif, komen yang muncul direspon dengan manis dan friendly.

Endang Indriani - Homemade Creamcheese
Gak ada yang jual krimcis? Bikin sendiri aja.

Juga ada Ibu Azlita Aziz yang humble dan telateeeeen banget bikin deco kue cantik namun sekaligus gak pelit ilmu. Karya saya tentunya gak sebanding dengan Ibu Azlita. Meski demikian, tetap saja ilmu yang dibagikan sangat berguna buat awam macam saya ini. Semoga ilmu yang dibagikan menjadi amal jariyah. 

Azlita Aziz - korean-flower-buttercream.html
Kebayang gak bikin kue canteeek macam ini...??

Untuk  Korean Food, saya suka berkunjung ke Maangchi. Beberapa resepnya sudah saya praktekkan. Terutama si Yangnyeom Tongdak ini. Sedaaaaaap....

Yangnyeom Tongdak karya Maangchi
Dan baaannyak lagi pendekar internet yang sering saya sowan ketika sedang online selain kunjungan wajib ke portal-portal berita dan kapanlagi.com. Hehehhehe....

Lagi-lagi, nampaknya himbauan para pakar untuk menjauhi internet nampak musykil, meski dengan alasan yang medioker yakni mati gaya tanpamu. Jadi, internet ditahbiskan menjadi sesuatu yang tak mungkin saya berpaling darinya. Segala sesuatu tentu ada baik dan buruknya bukan? Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Internet pun begitu, jika kita manfaatkan untuk tujuan baik tentu hasilnya juga baik (atau dalam kasus saya, hasilnya antara 2, kenyang karena berhasil mengeksekusi resep, atau ngiler karena foto-foto masakan menggugah selera).

***

Sunday, April 19, 2015

Jangan Dibeli!! Produk DN Keterlaluan Mahalnya...

Astaghfirullah..... Ampunkan semua segala kesalahan yang hamba buat ya Allah yang Maha Besar. Saat ini terjadi terbilang beberapa tahun yang lalu, sungguh pedih rasanya. Lama berselang, saat teringat masih saja hati terasa sangat pedih. Hanya Istighfar saja yang mampu menenangkan dan membuat saya tetap tegak mengangkat kepala sambil terus berusaha konsisten bikin kue.

Secara tidak sengaja, kesenangan saya memasak dan membuat kue ini saya dapatkan dari jadwal mingguan saya sowan ke Dalem Sleko, rumah nenek saya. Bapak saya adalah satu-satunya dari kelima putra beliau yang tinggal di Madiun. Otomatis saya dan adik-adik saya adalah cucu yang paling sering mengunjungi beliau. Kebetulan karena saya satu-satunya cucu perempuan dan selalu excited kalau diajak membantu beliau melakukan hobinya. Baik itu bikin kue, memasak ataupun merajut. Unuk menjahit saya angkat tangan deh. Memasak dan membuat kue inilah yang akhirnya saya juga gemari bahkan sampai sekarang setelah saya dewasa.

Kuliah dan pindah ke Jogja, saya ndherek di rumahnya Oom Fuad, adik Bapak yang termuda. Istri beliau, Tante Andri adalah orang yang menyenangkan. Suatu hari di bulan Ramadhan, Tante memberanikan diri untuk menerima pesanan kue kering dan proses pembuatannya dibantu oleh saya dan sepupu-sepupu saya. Sistem kejar tayang tetap tidak mengurangi kesenangan kami membuat kue. Setelah saya tinggalkan untuk bekerja di Kalimantan Selatan (Martapura), alhamdulillah rintisan Tante semakin berkembang.

Memulai usaha kue ini ternyata telah menjadi penyelamat hidup keluarga kecil kami. Dari situ dan karena suami yang kena PHK, saya memutuskan untuk lebih serius lagi berproduksi dan menjual kue maupun masakan yang saya buat. Meskipun sebenarnya saya sudah memulai ini sejak Asma baru lahir pada 2012 yang lalu. Asma yang punya jadwal cukup tertib membuat saya 'kurang kerjaan' kalau dia sendang terlelap.

Satu hal yang saya pegang betul sebagai seorang penjual kue, saya tidak akan menjual sesuatu yang saya sendiri tidak mau memakannya. Artinya, saya hanya menggunakan bahan-bahan yang halal dan baik untuk setiap tahap produksi kue saya. Tidak jarang, bahan-bahan ini harus dibeli dari tempat yang jauh (Banjarmasin, Banjarbaru bahkan Jakarta) hanya sekedar untuk mengejar label halal. Ini pula yang membuat hampir semua kue saya harganya di atas rata-rata harga di Pelaihari.

Masalah harga ini yang selalu membuat saya bingung karena di sini semua sungguh sangat murah, bahkan seperti diluar nalar saya. Misal kue ukuran 22cm siram cokelat full bisa dijual seharga Rp. 75.000 - Rp. 100.000 padahal saya pakai butter cream saja tidak mampu menjual lebih rendah dari Rp.. 200.000. Mungkin ketidaksesuaian harga ini pula yang membuat usaha saya kurang cepat berkembang. Ataukah saya membidik pasar yang kurang tepat, mengingat beberapa penjual dengan harga hampir sama dengan saya tetap ada pelanggannya.

Tentang harga ini saya serbasalah bahkan serbasakit. Bagaimana tidak, sebagai contoh ada sebuah perusahaan yang telah menjadi pelanggan, suatu kali dari frekuensi order yang memang tidak terlalu tinggi mendadak menjadi hampir hilang sama sekali. Rupanya, ada pihak yang bersengaja menjegal orderan saya, bahkan mendatangi atasan department pemesan kue untuk membatalkan pesanannya pada saya dengan alasan mahal.

Sayapun pernah menyaksikannya sendiri lho betapa oknum ini sangat membenci saya dan produk saya sehingga melakukan pemaksaan di depan mata saya supaya pesanan dibatalkan. Akhirnya pesanan batal dengan alasan sungkan pada si penghasut yang terlihat ngotot itu. Tidak hanya sekali, hal ini terjadi beberapa kali, bahkan pernah pada order yang sudah final dan dilakukan pembelanjaan. Syukurnya proses mencicil pembuatan belun dilakukan sehingga saya terhindar dari kerugian yang cukup besar. Astaghfirullah, semoga saya dijauhkan dari su'udzan, lebih-lebih kepada ketentuan Allah SWT.

Sampai dengan tulisan ini dibuat saya masih sangat sakit hati meskipun saya yakin rizki tidak akan tertukar. Pesanan dari perusahaan tersebut alhamdulillah tetap ada. Konon dari beberapa yang memesan mengatakan hal yang serupa bahwa mereka dicemberuti oleh si oknum itu, bahkan dia sampai tidak mau memakan kuenya.

Dikatakan mahal di depan mata tentu sudah sering saya alami karena memang kue-kue saya berharga di atas rata-rata. Namun menyaksikan orang menghasut supaya tidak membeli kue di tempat saya tentu tak terhingga sedih dan marahnya bukan??

Bagaimanapun, saya bertekad untuk terus berupaya yang terbaik karena hasilnya pasti akan sejalan dengan upaya yang dicurahkan. Jika tidak sekarang, saya yakin suatu hari nanti pasti akan terjadi.

***




Pempek Kuah Ala Bangka

Ini resep sebenarnya diikutsertakan dalam event #Homemade di laman dapurmasak pada 2014 yang lalu. Kebetulan buka blog dan baru sadar bahwa ternyata banner dah dipasang tapi resepnya gak ditulis (*tutupmukapakeserbet).

Saya adalah penyuka makanan yang asem seger semacam asinan, pempek, otak-otak, somay, bakso, batagor.... (itu sih segala dilahap!!!) Naah, pempek Bangka adalah salah satu yang cukup menyita perhatian pada saat event tersebut berlangsung. Namun sayangnya, untuk mencicipinya tentu perlu effort besar termasuk beli tiket dan menyiapkan dana sewa kamar hotel di Bangka yang pasti tidak mungkin dilakukan dalam waktu dekat. Hehehehe.....
Jeruk Kunci, foto dipinjam dari sini

Akhirnya, bikin sendiri adalah solusinya. Untuk kuah saya sempat kebingungan karena ada satu bahan di dalamnya yaitu jeruk kunci (limau, lemon cui). Ini jeruk adalah kunci dari kuah si pempek yang konon membuatnya khas. Di Kalimantan Selatan, jeruk jenis ini biasa dikenal sebagai limau dan umumnya dijadikan campuran untuk sambal terasi atau teman makan Soto Banjar. Rasanya unik, sangat kecut dengan sedikit rasa manis yang tipiiiissss sekali. Konon di Bangka ini jeruk dijadikan minuman juga.

Pempek Bangka umumnya memiliki 3 (tiga) pilihan saus yakni kuah cabe, kuah belacan (terasi) dan kuah tauco. Dan yang juga khas, pempeknya tidak digoreng seperti lazimnya pempek Palembang yang digoreng kering setelah direbus.

Baiklah, ini resep yang saya post di dapurmasak, resep pempeknya sendiri saya ambil dari NCC. Sedangkan yang saya bagi kali ini adalah kuah cabe hasil racikan sendiri.


Pempek Kuah Ala Bangka
Pempek resep NCC
Kuah resep Afifah

Bahan Pempek :
600 gr Daging Ikan Tengiri
400 gr Sagu Tani
30 gr Tepung Terigu
400 cc Air
Garam Secukupnya
Air untuk merebus Secukupnya
Minyak Goreng untuk merebus Secukupnya

Bahan Kuah Cabai:
3 buah Cabe Merah (boleh menggunakan cabe kriting atau ditambah cabe rawit jika suka pedas)
3 siung Bawang Putih
200 cc Air
300 cc Air
3 sdm Gula Pasir
1 sdt Garam
6 - 7 buah Limau Cui

Cara Membuat :

  1. Pempek. Haluskan daging ikan tengiri, campur dengan garam, aduk rata. Tambahkan air (400 cc). Masukkan tepung terigu dan tepung sagu. Aduk rata, bentuk sesuai selera.
  2. Panaskan air untuk merebus, tambahkan sedikit minyak goreng supaya pempek tidak lengket saat direbus. Boleh tambahkan garam ke dalam air rebusan. Masukkan pempek yang sudah dibentuk, rebus sampai mengapung dan matang (15 menit). Tiriskan. 
  3. Kuah Bangka. Rebus bawang putih dan cabai merah dengan 200 cc air sampai empuk (10 menit). Tiriskan, haluskan dengan cobek atau dengan blender.
  4. Rebus cabe halus bersama 300 cc air sampai mendidih, masukkan gula dan garam, biarkan susut sedikit. Angkat dari api, Setelah hangat tambahkan air perasan limau cui. Siap dihidangkan.
W1siziisijiwmtuvmdivmtmvmdmvmjevndyvodc2lzdjowniowq2zdfkmjgxowfhmtiylmpwzyjdlfsiccisimnvbnzlcnqilcityxv0by1vcmllbnqgil0swyjwiiwidgh1bwiilci3odb4il1d?sha=8d54c2fa







Monday, April 6, 2015

Bajajalanan Ka Jakarta (Part 2)

Yaaakkk, setelah menunggu sekian lama, akhirnya yang Part 2 muncul juga. Part 1 boleh dibaca disini. Sebenarnya acara ke Jakarta ini pengennya kami tidak sekedar untuk kondangan aja, tapi juga pengen sambil bawa Asma jalan-jalan. Pada akhirnya satupun tidak tercapai. Mood yang sumpek adalah yang paling patut dipersalahkan selain juga dompet yang lagi cekak. hihihihihi.....

Nampaknya memang harus diatur kembali kapan ada kelonggaran untuk bisa jalan-jalan beneran ke sana atau juga ke tempat lain.

Meski begitu, tetep ya yang ini perjalanannya menyenangkan. Terutama buat Asma karena dia bisa ketemu sepupunya si Alifta, putri dari adiknya Mas Khalid. Awalnya si Asma dan Alifta rada malu-malu, eh terus jadi malu-maluin. Hahahahah..... Mainan sepeti dikeluarin semua dan seperti yang sudah-sudah, males makan.



Sampai saat ini GTM masih membuat saya pusing. Terutama saat sedang dalam perjalanan begini. Soal makan ini sempat saya dibuat malu. Sejak dari Banjarmasin kami sudah mencoba menyuapinya, Alhamdulillah berhasil. Selama di pesawat sudah minum susu dan makan biskuit dalam jumlah yang lumayan. Biasanya kalo sudah begitu dia akan malas makan. Panjangnya perjalanan yang ditempuh dari Soetta ke Lenteng Agung membuat si genduk bosan. Akhirnya, di tengah tol dia minta makan. Mengeluh lapar padahal di tangannya masih tergenggam biskuit dan masih sambil makan. Pak sopir sampai menawarkan untuk keluar tol dulu dan makan. Malunyaaaaa...... Sampai di Lenteng Agung, boro-boro makan, lha disuruh nyusu aja males. Anakku, sungguh engkau sangat membingungkan. Akhirnya, di antara perjalanan, saya selalu membekal kotak makan yang juga tetap tidak disentuhnya padahal dia juga selalu mengeluh minta makan. Oohh sungguh perjalanan yang sangat aneh.

Kembali ke kunjungan ke rumah Alifta, kami sampai di Jakarta tanggal 13 Feb 2015 malam sekali dan akhirnya harus menggeser jadwal ke rumah Alifta ke keesokan harinya. Mempertimbangkan jarak yang ternyata setelah dijalani dengan rute yang benar, sangaaaattt dekat. Tanggal 14 Feb 2015 pagi kami berangkat, setelah koordinasi, okelah kami berangkat ke Gunung Putri karena alamatnya begitu. Eee lhadalah, ternyata salah jalan karena jadi harus jauuuuhhhh. Semestinya ternyata kami masuk ke Bojong Kulur lewat Bumi Perkemahan Cibubur saja. Yang baru kami ketahui setelah pulang dari sana.

Agak ribet karena mobil yang kami pakai sedianya adalah salah satu dari beberapa unit yang digunakan untuk antar jemput. Jadi kunjungan pertama ini sukses 10 menit dan langsung balik lagi ke Lenteng. Itupun penuh dengan telepon heboh karena mobil harus sudah kembali sesudah makan siang. Jadi agak jengkel sih karena waktu  habis di jalan, thanks to ancer-ancer yang blur dan sukses membuat kami nyasar sampe jauuuuuuuhhhhhh buanget. Ternyata Bogor dengan kecamatan Gunung Putri nya ini sungguh amat luasnya.

Di Golden Truly, Ibu sibuk beli blush on anak sibuk ngurus tasnya
Sampai lagi di Lenteng Agung, kami lanjut boyongan ke Hotel Santika - Depok, tempatnya satu lokasi dengan Golden Truly. Kami menginap semalam di sana sebelum lanjut pagi tanggal 15 Feb 2015 kondangan.  Selama nginap di sana pelayanannya seperti biasa ok. Dan hotel ini cukup memberi rasa aman pada tamunya. Hanya satu hal yang agak mengecewakan, access card yang saya dapat dari hotel tidak berfungsi dengan baik bahkan saya minta ganti sampai dua kali. Padahal tiap kartu disetting hanya bisa digunakan untuk lantai tempat kamar saja. So, kita gak bisa seenaknya naik turun. Penggantian access card yang ke dua ini yang agak dramatis. Saya dengan belanjaan yang cukup banyak (berisi makan malam, cemilan, air mineral dan sebagainya) dan saya tenteng sendiri, terjebak tidak bisa naik ke lantai kamar saya. Akses yang terbuka untuk umum adalah lobi dan gym. Saya pikir kartu saya ok, karena sebelumnya sudah diganti oleh resepsionis. Lha ternyata gak berfungsi lagi. Akhirnya saya terjebak di Gym, syukurnya ada telpon yang bisa digunakan dan saya langsung menghubungi resepsionis. Diluar insiden kartu sih lumayan lah nginep di Santika ini.
Wajah Bete Karena Pengen Liat Ikan

Kelar kondangan, siangnya kami langsung kembali ke rumah Alifta. Kali ini keluar di Bumi Perkemahan CIbubur dong, dan gak kesasar lagi. Bermainlah si Asma dan Si Alifta. Tapi dasar capek, demam lah Asma malamnya. Sudah dicoba minum parasetamol tapi tidak juga turun. Hadooohhh, berasa mau ke IGD tapi kok ya gak terlalu tinggi. Ya sudah ditahan sampai besok pagi, karena kami langsung balik ke Banjarmasin tanggal 16 Feb 2015 pagi.

Dengan kondisinya, kami masih bisa tenang karena dia paginya tumben mau makan banyak. Minta minum susu. Pas di taksi mau ke terminal Cileungsi tiba-tiba dia gelisah. Minta peluk, minta bobo, guling-guling kesana kemari akhirnya muntah. Slamet pas sudah siap tas kresek, jadi taksi si oom gak belepotan. huuufftt.... Habis itu, tiduuuurrrr nyenyak sampe pindah ke DAMRI juga gak bangun dia. Di tengah perjalanan barulah dia bangun dan langsung minta makan. Kali ini gak malu lagi, karena emaknya bawa bontotan.

Alhamdulillah selamat sampai di tujuan. Selanjutnya jalan ke mana lagi yaaaaaa

***







Tuesday, February 24, 2015

Bajajalanan Ka Jakarta (Part 1)

Capeknyaaaaa..... Luar biasa macet dan ribetnya pergi jalan-jalan ke Jakarta itu. Momen yang tidak pas karena Jakarta sedang banjir. Lebih tidak pas lagi karena kami jalan di akhir minggu, 13 - 16 Februari 2015 kemarin.

Pemandangan dari dalam bus
Awal pergi sudah tidak yakin apakah harus bertiga atau saya sendiri aja. Mengingat ini acara kawinan sepupu, putri pakdhe saya, kakaknya Bapak. Namun jika dipertimbangkan lagi kok hidup serasa hampa. Ya sudahlah, mari kita cabs bertiga. Saya, Pak Ndut dan si Gendhuk.   

Awal bermula, tiket pesawat yang mahiiilll setengah mati, jadilah kocek mengempis. Rencana ke Cisarua alias Taman Safari berubah menjadi Ragunan aja yang letaknya di pengkolan rumah Pakdhe. Rencana ke Monas (yaah sebagai anak negeri, patutlah kita napak tilas sembari merayakan kemerdekaan), shalat juga di Istiqlal. Lhaaahhh, Bapak yang naik kereta dari Ngawi malah cerita turun di stasiun Jatinegara karena stasiun Gambir dan sekitarnya banjir. Pada akhirnya, ya gak jadi lah, bubar jalan semua rencananya, wong mood mendadak raib.






Kemruyuk di Jalan Tol
 After all, kami masih tetap bersenang-senang. Meskipun menyesal kenapa kok ya dari Bandara ke rumah Pakdhe di Lenteng Agung naik taksi. Drivernya menyenangkan dan ternyata alumni Cocacola Company macam si Pak Ndut, ngobrol lah mereka sepanjang jalan. Secara provider taksi langganan ini sangat bisa diandalkan pelayanannya. Tapi macetnya itu lhoooo. Alhasil, landing jam 17.20 nyampe Lenteng Agung jam 20.30. Berapa jam kah itu???

 Pakdhe menyarankan naik bus Damri Soetta-Pasar Minggu yang tidak kami turuti, dengan alasan ingin lebih nyaman dan lebih cepat sampai. Dan pada akhirnya kami sesali setelah pas pulangnya kami memilih naik Damri Cileungsi-Soetta Kami menginap di Bojong Kulur-Bogor di rumah Tia, adiknya suami. Dalam keadaan macet lho jarak itu ditempuh hanya 2.5 jam. Itu pengemudi bus memang sangat sangar kemampuannya. Bus segede gaban bisa seolah menyusut dan menyelip diantara mobil-mobil. Tak heran Pakdhe menyarankan naik bus Damri yang sayangya tidak kami turuti.


Sukaria Dalam Damri

Tiba lebih awal di bandara, akhirnya kami klesetan di ruang tunggu sambil tiduran. Norak yaaaa.....



Nasi Goreng Kilat, #sarapancepat #hari(1)

Itu email semalam menghantui tidur saya. Cookpad Dapurmasak mengingatkan event Sarapan Cepat nya akan segera berlalu. Walaaah, belum sempat setoran. Berencana pagi nani masak dan difoto yang cantik untuk diposting. Eeeeeehhhh kok ya kesiangan. Ya sudah lah sesempatnya. Tanpa rekayasa, ini nasgor memang andalan banget mengisi pagi kami sekeluarga meskipun si Gendhuk gak mau makan yang batch pagi ini.

Sambil ngetik posting ini, ingatan saya terlempar pada momen di 2006 pas gempa Jogja. Saya sempat menjadi relawan di dapur RSUD Sardjito. Dapur profesional tentunya berisi orang-orang yang profesional juga di bidangnya. Lamat-lamat mendengar salah satu cook di situ menceritakan nasi goreng yang selalu dibikinnya di rumah. Menurut gambaran beliau, nasi gorengnya sedep dan seger. Kok seger??? Lha semua bumbunya ternyata dirajang, termasuk tomat dan cabenya.

Pulang ke rumah Oom (dulu selama di Jogja saya ndherek tinggal di rumah Oom, adik Bapak saya), langsung pergi ke dapur dan memasak sesuai instruksi yang beliau berikan. Hasilnya, amazing, memang somehow seger gitu.... Sejak saat itu, saya hampir selalu merajang bumbu nasi goreng yang saya buat.

Lalu saya menikah, dan pastinya membaur dengan keluarga suami. Belakangan kedapatan ternyata kakak sulung suami saya juga tidak menghaluskan bumbu nasi goreng yang dibuatnya melainkan hanya menggeprek/mememarkan saja semua bumbunya. Rasanya juga tidak kalah enaknya. Menurut saya, mungkin bumbu nasi goreng yang dirajang/digeprek ini membuat rasa nasi goreng menjadi lain karena dalam suapannya terkadang kita akan tergigit potongan bumbu yang menimbulkan sensasi sedap berbeda daripada kalo bumbunya diuleg. Disamping itu, jumlah bumbu memang lumayan lebih banyak imbang yang diuleg sih.

Variasi isian dan bumbunya bisa disesuaikan dengan selera. Tambahan rajangan bawang bombay, tomat segar, daun bawang, terasi, bahkan cabe merah atau rawit juga asyik. Kalau untuk isiannya yaaahh tergantung isi kulkas deh. Ayam suwir, telor, teri, ikan asin, bakso, sosis, daging asap. Suka-suka lah. 

W1siziisijiwmtuvmdivmjuvmdavmtkvmtmvndyvmjhkmjlmnjg5njziodiwnmu1mjquanbnil0swyjwiiwiy29udmvydcisii1hdxrvlw9yawvudcaglxnpz21vawrhbc1jb250cmfzdca0ldalil0swyjwiiwidgh1bwiilcizmjb4il1d?sha=f6137f1fEvent Sarapan Cepat kali ini, resep inilah yang saya post.

Nasi Goreng Kilat
By Afifah

Bahan:
300 gram Nasi Putih Dingin (2 piring)
2 siung Bawang Putih
3 siung Bawang Merah
1 sdm Kecap Manis
1 sdm Saus Tomat
5 butir Bakso
1 sdt Garam
1 sdm Margarin
1 sdt Minyak Goreng


Cara Membuat :
1. Rajang tipis atau geprek bawang merah dan bawang putih.
    Rajang tipis bakso.

2. Panaskan margarin dan minyak goreng dalam wajan, masukkan rajangan bawang. Setelah mulai layu,
    tambahkan kecap manis, saus tomat dan garam, aduk sampai harum.

3. Masukkan bakso dan nasi. Aduk rata, diamkan sejenak sampai ada suara gemertak (nasi goreng yang
    enak adalah jika ada rasa seperti dibakar-tapi bukan gosong ya...). Cicipi rasanya, jika sudah pas,
    matikan api, siap dihidangkan.

Sarapan Cepat


Monday, February 23, 2015

Homemade Favorite Pancake/Waffle

Ini dia pancake super mudah yang biasa saya buat di rumah. Semua suka dengan rasanya. Biasanya saya menyiapkan chocolate shaving dan keju parut yang disiram susu kental manis putih untuk toppingnya. Namun enak juga kalau suka asin ditaburi mayonaise dan daging asap yang ditumis sebentar dengan margarin. Dari adonan yang sama bisa dibuat menjadi waffle jika punya cetakan atau waffle iron di rumah.

Tepung pancake mix ini juga bisa disimpan dalam keadaan kering, buat saja beberapa resep, jika akan membuat tinggal ambil secukupnya, tambahkan air, minyak dan telur, siap didadar dan dihidangkan. Konon pancake mix bisa disimpan dalam toples/wadah tertutup rapat tahan sampai 8 bulan, meskipun saya belum pernah menyimpan sampai se lama itu sih. hehehehe.....

Homemade Favorite Pancake (Panekuk Rumahan)
Oleh : Afifah

Bahan Kering:
2 Cup Tepung Terigu Serbaguna
3 Sdm Susu Bubuk
3 Sdm Gula Pasir
1 Sdt Garam Halus
2 Sdt Baking Powder

Bahan Cair:
3 Sdm Minyak Goreng
1 Butir telur
2 Cup Air

Cara Membuat :
Dalam wadah campur semua bahan kering, aduk dengan whisk sampai tercampur rata, tuangi dengan 1 1/2 cup air, aduk sampai tidak bergumpal sambil tuangi sisa air sedikit demi sedikit. tambahkan telur dan minyak goreng, aduk rata. Jika terlalu kental tambahkan air. Konsistensi adonan adalah lebih kental dari adonan pisang goreng. Jumlah air bisa diubah, sesuaikan dengan kondisi tepung. Setelah adonan licin maka siap didadar.
Panaskan pan dadar anti lengket, dadar adonan, tunggu sampai muncul lubang-lubang, balik, tunggu matang dan angkat. Adonan ini menghasilkan 12 pancake terngantung ukurannya.

Note: Gunakan wajan anti lengket untuk memberi warna yang bagus, jangan dioles minyak atau margarin.

Sori sori no pikcer nih... Akan diupdate kalo dah difotoin ya...

DapurNaila

Tuesday, January 6, 2015

Oseng Jamur Sawit

Pernah dengar jamur sawit? Yang hidup dan besar di Jawa seperti saya mungkin tidak akan seberani itu makan makanan yang tidak lazim dimakan, seperti jamur sawit ini. Pertama saya dengar dan makan adalah saat Purnomo, teman sekantor dari secion Enviro tiba-tiba datang dari tambang sambil membawa sekantong besar berisi jamur berwarna coklat kehitaman. Ditanya, dia menjawab itu jamur yang tumbuh di sekitar pohon sawit. Takut beracun, saya awalnya tidak berani makan. Tapi karena melihat teman- teman makan dengan lahap akhirnya saya memberanikan untuk mencicipi dan ternyata rasanya enak sekali. Perpaduan antara jamur merang dan jamur tiram. Saat masih kuncup, teksturnya kenyal seperti jamur merang. Sebaliknya jamur yang mekar bentuk dan rasanya mirip jamur tiram.

Pit tambang kami memang banyak atau dikelilingi kebun sawit dan karet di sepanjang hauling road. Masyarakat sekitar sering menjelajah masuk ke kebun-kebun sawit itu untuk mencari jamur. Sedangkan di sekitar kolam atau di pinggiran hutan mereka sering mencari pakis dengan tujuan yang sama, dikonsumsi maupun dibawa ke pasar untuk dijual. Purnomo adalah salah satunya. Sayangnya tahun ini dia sudah tidak bersama kami lagi karena diikutkan dalam program PHK perusahaan. Saat ini perusahaan kami memang sedang dalam masa persiapan penutupan, jadi sebagian karyawan di PHK. Saya pun pastinya kebagian, namun entah kapan. Ketiadaan Pur ini berdampak pada langkanya keberadaan jamur sawit di piring makan siang kami, hiks...

Kembali ke jamur, menurut Purnomo, mudah sekali mengenali jamur beracun atau tidak. Salah satunya dengan melihat warnanya. Jika bewarna-warni cantik, hampir pasti jamur itu beracun. Satu ciri lagi, bisa dilihat dari batangnya, perhatikan apakah ada semacam garis/cincin yang melingkarinya. Jika ya, maka jamur tersebut beracun. Nah, dengan demikian kesimpulannya adalah semakin jelek atau membosankan bentuk dan warna jamurnya maka semakin amanlah dia dikonsumsi. Hehehehehe......


Bapaknya Asma aka suami alias Mas Khalid paling benci kalau ditawari makanan baru yang tidak pernah dimakannya maupun dimasak Ibu atau kakaknya. Buruk nian nasib suami saya ini, punya istri yang suka bereksplorasi tentu menjadi siksaan tersendiri buatnya. Saya sebagai pemakan segala, tentunya juga suka jamur. Sebaliknya, dia tidak pernah suka maupun mencoba makan jamur. Menular pula kepada si Asma yang agak sulit makan makanan baru. Namun biasanya hal itu bisa diatasi dengan sedikit menyembunyikan bahan makanan yang saya masak. Misal kalo ditanya, gorengan ini dibuat dari apa, saya langsung bilang, sayur digoreng pake tepung jadi krispi. Enak banget, coba deh. Setelah makan banyak, baru saya bilang, itu jamur tiram. Mau dimuntahin gak mungkin lah, kan udah ketelen dan enak. Bukan bohong dong saya??!! Hehehehhe.... Istri durhake!!

Kamis malam selalu menjadi malam yang seru karena selain besoknya Jumat (yippiiee...), kamis malam juga adalah malam pasar. Kami biasa menyeputnya pasar tungging, di Jawa namanya pasar kaget kali ya. Kamis 2 minggu yang lalu, kami ke pasar tungging dan saya menemukan si jamur sawit dijual oleh tukang sayur. Senang hati pulang dengan sekantong jamur seharga Rp.8,000.

Kita bikin oseng jamur sawit yooooo

Oseng Jamur Sawit
Oleh : Afifah

Bahan :
Jamur Sawit Secukupnya
Air untuk blansir Secukupnya
3 sdm Minyak goreng untuk menumis

Bumbu Rajang Tipis:
3 butir Bawang Merah
1 siung Bawang Putih
1 buah tomat
2 buah cabe hijau
1 buah cabe merah
5 buah cabe rawit (sesuaikan jumlahnya dengan selera pedasnya)

Bumbu:
1 lembar Daun Salam
2 cm Lengkuas keprek
Garam secukupnya
Gula Merah atau pasir secukupnya
Kecap jika suka

Cara Membuat :
  • Didihkan air. Potong jamur sawit agak besar sekitar 2 atau 3 jari. Batangnya yang empuk disertakan saja  tidak perlu dibuang. Cuci bersih jamur sampai air cucian menjadi bening, tiriskan. 
  • Masukkan jamur yang sudah tiris kedalam air mendidih, matikan api, aduk sebentar lalu tiriskan jamur. Proses memblansir ini unuk menghilangkan langu dan kotoran yang mungkin masih melekat.
  • Panaskan minyak goreng, tumis bumbu yang telah dirajang tipis, daun salam dan lengkuas hingga harum. Masukkan jamur yang telah direbus. Tambahkan garam, gula dan kecap, aduk. Kecilkan api, biarkan sampai air berkurang. Cicipi rasanya. Oseng siap dihidangkan dengan nasi hangat.
Jamur sawit bisa diganti dengan jamur tiram atau jamur merang. Selamat Mencoba ya...


DapurNaila